Mana yang Lebih Bermanfaat? Televisi atau Buku?
Televisi atau Buku
Belajar atau
menonton TV? Kita para peserta didik SMP N 1 Kebumen tentunya akan lebih banyak
memilih belajar walaupun sekedar membaca buku-buku daripada menonton TV. Tapi
bagaimana dengan pelajar di sekolah-sekolah lain? Ini tentunya menjadi sebuah
pertanyaan yang harus dijawab. Sebaiknya matikan TV pada saat jam belajar
dengan tujuan agar kita belajar tanpa gangguan. Larangan untuk menonton TV ini
lahir dalam konteks untuk memberikan kesempatan yang lebih baik bagi kita untuk
belajar, sehingga prestasi sekolah meningkat. Karena itulah larangan ini pun
ada “libur”nya, yakni pada Sabtu malam.
Walaupun tujuan
dari kebijakan ini adalah agar kita menggunakan waktu belajar dengan baik, ada
manfaat besar sekali yang menempel pada kebijakan ini. Kita bisa lumayan
terkurangi waktunya untuk “terkontaminasi” acara TV. Waktu yang disebut sebagai
jam belajar itu adalah saat primetime,
jam tayang utama TV. Itu adalah saat TV menampilkan acara yang sangat digemari
penonton. TV memang paling banyak ditonton pada jam-jam tersebut, karena saat
itu banyak orang yang sudah selesai beraktifitas
dan ingin beristirahat di rumah. Padahal pada saat primetime umumnya TV menampilkan sinetron, yakni jenis acara yang
disebut memiliki rating tertinggi.
Tayangan seperti ini perlu dihindari karena umumnya tayangan tersebut berisi
muatan yang tidak sehat yaitu berisi percintaan remaja yang cukup berlebihan, kata-kata
kasar dan muatan gaib. Ini adalah contoh tayangan yang tidak mendidik. Hal ini
menunjukan kalau membaca buku manfaatnya jauh lebih besar daripada menonton TV.
Memang jika
dipikir-pikir, alangkah baiknya jika kita telah mempunyai peraturan sendiri
tentang jam menonton TV yaitu kapan boleh menonton, acara apa yang boleh
ditonton, dan berapa lama menonton. Namun seperti yang kita ketahui, tidak
semuanya memiliki kesadaran tentang dampak menonton TV sehingga berpikiran tak
perlu mengatur hal-hal semacam ini. Kebanyakan kita memandang TV sebagai media
penghibur dan justru menjadikannya “sahabat” setia.
Dalam kondisi
seperti ini, hanya kesadaran diri masing-masing yang bisa membantu. Mudah-mudahan
dengan kesadaran yang tinggi kita semua dapat menciptakan “wajah” generasi Indonesia
yang makin baik di masa depan, karena dengan mematikan pesawat TV kita tidak
teracuni tayangan buruk sekaligus punya kesempatan untuk belajar dan membaca
buku lebih banyak.
Ardhiyan Kurnia Ramadhany 04/9D
SMPN 1 Kebumen 2010/2011
0 comments:
Post a Comment