LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA: DAYA PENGOKSIDASI HALOGEN DAN DAYA PEREDUKSI ION HALIDA
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
DAYA PENGOKSIDASI HALOGEN DAN DAYA PEREDUKSI ION HALIDA
|
I.
Judul dan Tanggal
Praktikum
a.
Judul Kegiatan :
Praktikum Reaksi Elektrolisis
b.
Tanggal Praktikum :
Rabu, 23 Oktober 2013
II.
Tujuan
1. Dapat mengetahui perbedaan ion Fe2+ dan ion
Fe3+
2. Dapat membandingkan daya pengoksidasi halogen (X2)
3. Dapat mengkaji daya pereduksi ion halida (X-)
III.
Dasar Teori
Dalam sistem periodik unsur, halogen merupakan
golongan yang berada pada golongan
VIIA. Halogen berasal
dari kata “halit” yang artinya garam, halogen
sendiri
dapat diartikan sebagai pembentuk
garam. Golongan
halogen merupakan
golongan yang sangat reaktif menangkap
elektron (oksidator). Pada
umumnya golongan
halogen menangkap
satu elektron untuk memenuhi kulit terluarnya. Karena kereaktifannya sangat
tinggi halogen tidak mungkin ada dalam keadaan bebas di alam.
Kereaktifan halogen
dipengaruhi keelektronegatifannya. Semakin besar keelektronegatifan semakin
reaktif karena semakin mudah menarik elektron. Selain dipengaruhi
keelektronegatifan, kereaktifan halogen juga dipengaruhi oleh energi ikatan
hidrogen. Semakin kecil energi ikatan halogen, semakin mudah diputuskan ikatan
tersebut sehingga makin reaktif halogen. Dengan melihat data keelektronegatifan
dan energi ikat halogen, dapat disimpulkan kereaktifan halogen dari atas ke
bawah semakin berkurang. Kereaktifan halogen inidapat dibuktikan dengan reaksi
halogen dengan berbagai senyawa atau unsur lain.Unsur-unsur golongan Halogen adalah
Fluorin (F), Klorin (Cl), Bromin (Br) ,Iodin (I) ,dan Astatin (At).
Halogen
adalah unsur nonlogam yang paling reaktif, berbau, beracun, dan
berwarna.Unsur-unsur halogen dilambangkan dengan huruf X. Konfigurasi elektron
kulit terluarnya adalah ns2np5,pada kulit terluar
terdapat tujuh elektron jadi termasuk kedalam golongan VII A. Unsur – unsur
halogen yang terdapat pada keadaan bebas terdapat sebagai molekul diatomik F2,Cl2,Br2,dan
I2..Sedangkan Astatin merupakan unsur radioaktif.
Dalam bentuk
unsur, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomik (X2). Molekul X2
mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya. X2(g) → 2X(g). Pada suhu
kamar, fluorin dan klorin berupa gas, bromin berupa zat cair yang mudah
menguap, sedangkan iodin berupa zat padat yang mudah menyublim. Halogen
mempunyai warna dan aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda, Klorin
berwarna hijau muda, Bromin berwarna merah tua, Iodin padat berwarna hitam,
sedangkan uap Iodin berwarna ungu. Semua halogen berbau rangsang dan menusuk,
serta bersifat racun. Kata Klorin, Iodin, dan Bromin berasal dari bahasa Yunani
yang artinya berturut-turut adalah hijau, violet (ungu), dan bau pesing (amis).
Larutan halogen juga berwarna. Larutan Klorin berwarna hijau muda, larutan
Bromin berwarna coklat merah, dan larutan Iodin berwarna coklat. Dalam pelarut
tak beroksigen, seperti Tetraklorida (CCl4) atau Kloroform, Iodin
berwarna ungu.
IV.
Alat dan Bahan
1.
Tabung reaksi
2. Pipet
3. Larutan Fe2SO3
4. Larutan KSCN
5. Larutan Klorin
6. Larutan Iodin
7. Larutan Bromin
V.
Langkah/Cara
kerja
Praktikum 1. Membedakan ion Fe2+ dan Fe3+.
1. Mengambil dua tabung reaksi.
2. Memasukkan 10
tetes larutan FeSO4
0,1 M ke dalam tabung
pertama dan 10 tetes larutan Fe2(SO4)3
0,1 M ke dalam tabung
kedua.
3. Menambahkan 1
tetes larutan KSCN ke dalam masing-masing tabung.
4. Mengamati dan
mencatat perubahan yang terjadi
Praktikum 2. Membandingkan
daya pengoksidasi halogen (X2).
1. Mengambil tiga tabung reaksi.
2. Memasukkan 10
tetes larutan klorin ke dalam tabung 1, 10 tetes
bromin ke dalam tabung 2, 10 tetes iodin ke dalam tabung 3.
3. Menambahkan 1
tetes larutan FeSO4
0,1 M ke dalam
masing-masing tabung.
4. Menambahkan 1
tetes larutan KSCN 0,1 M ke dalam masing-masing tabung
untuk menguji adanya ion Fe3+.
5. Mengamati dan
mencatat perubahan yang terjadi.
Praktikum 3. Mengkaji daya
pereduksi ion halida X‑
1. Mengambil tiga tabung reaksi.
2. Memasukkan 10
tetes larutan KCl ke dalam tabung 1, 10 tetes NaBr
ke dalam tabung 2, 10 tetes KI ke dalam tabung 3.
3. Menambahkan 1
tetes larutan Fe2(SO4)3
0,1 M ke dalam masing-masing
tabung.
4. Menambahkan 1
tetes larutan KSCN 0,1 M ke dalam masing-masing tabung
untuk menguji adanya ion Fe2+.
5. Mengamati dan
mencatat perubahan yang terjadi.
VI.
Hasil Pengamatan
1. Membedakan ion
Fe2+ dan Fe3+
Larutan senyawa besi
|
Perubahan warna setelah penambahan KSCN
|
FeSO4
|
Merah kecoklatan
|
Fe2(SO4)3
|
Merah kehitaman
|
2. Membandingkan daya pengoksidasi
halogen (X2)
Halogen
|
Perubahan warna setelah penambahan
|
|
Larutan FeSO4
|
Larutan FeSO4 + KSCN
|
|
Cl2
|
Kuning muda
|
Merah kehitaman (kurang pekat)
|
Br2
|
Kuning
|
Merah kehitaman (pekat)
|
I2
|
Kuning tua
|
Merah kehitaman
|
3. Mengkaji daya pereduksi
ion halida X‑
Halida
|
Perubahan warna setelah penambahan
|
|
Larutan Fe2(SO4)3
|
Larutan Fe2(SO4)3 + KSCN
|
|
Cl‑
|
Kuning
|
Merah kehitaman
|
Br-
|
Merah kekuningan (muda)
|
Merah kehitaman (pekat)
|
I-
|
Merah kekuningan (tua)
|
Merah
|
VII.
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan,
pada praktikum pertama bahwa setelah kedua larutan ditambah KSCN, Fe2(SO4)3 berubah menjadi warna yang lebih pekat dari pada FeSO4. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan Fe2(SO4)3 sebagai
pengoksidasi digunakan sebagai indikator daya pereduksi ion halida dan larutan
FeSO4 sebagai pereduksi digunakan sebagai indikator daya
pengoksidasi halogen.
Pada praktikum kedua, menunjukkan
bahwa halogen merupakan oksidasi
kuat. Perubahan warna setelah ditambah FeSO4 + KSCN yaitu Cl2 menjadi merah kehitaman (kurang pekat), Br2 menjadi merah kehitaman (pekat), I2
menjadi merah kehitaman. Pada Cl2 seharusnya perubahan warna lebih pekat dari Br2,
mungkin hal ini dikarenakan kesalahan pengamat dalam mengamati kepekatan
perubahan warna. Semakin tua dan pekat warna perubahannya maka
semakin besar daya pengoksidasinya.
Sesuai dengan teori, sifat oksidator halogen dari
atas ke bawah semakin lemah, sehingga halogen-halogen dapat mengoksidasi ion
halida di bawahnya.
- F2 + 2KCl → 2KF + Cl2 atau
ditulis F2 + 2Cl– → 2F– + Cl2
- Cl2 + 2I– → 2Cl– + I2
- Br2 +
KF ↛ (tidak
terjadi reaksi) atau ditulis Br2 + F– ↛ (tidak
terjadi reaksi)
Dari reaksi
di atas juga berarti ion holida (X–) bersifat reduktor (mudah
mengalami oksidasi). Sifat
reduktor ion halida makin ke bawah semakin kuat.
Sesuai dengan praktikum ketiga,
perubahan warna setelah ditambah Fe2(SO4)3
+ KSCN yaitu KCl merah kehitaman, NaBr menjadi merah kehitaman (pekat), KI menjadi merah. Pada ion Cl- seharusnya perubahan warna lebih pekat dari ion Br-
hal ini mungkin terjadi karena kesalahan pengamat dalam mengamati tabung
reaksi, karena tabung reaksi yang digunakan NaBr terlihat agak buram dari sisi
luarnya membuat kami mengira bahwa perubahan warnanya lebih pekat dari KCl. Semakin tua dan pekat warna
perubahannya maka semakin besar daya pengoksidasinya.
Pertanyaan:
1. Halogen manakah yang dapat
mengoksidasi ion Fe2+?
2. Berdasarkan data potensial reduksi halogen, tentukan potensial reaksi
antara halogen dengan ion besi(II).
Jawaban:
1. Halogen yang dapat mengoksidasi ion Fe2+ adalah Cl2
dan Br2. Namun, urutan pengoksidasi dari yang paling kuat yaitu Cl2,
Br2, I2.
2. Potensial reaksi antara halogen dengan ion besi(II)
·
Untuk Cl2
Red : Cl2 + 2e à 2Cl- E° = +1,36 v
Oks : 2Fe2+ à 2Fe3+ + 2e E° = -0,77 v
Cl2 + 2Fe2+ à 2Cl- + 2Fe3+ E° = +0,59 v
·
Untuk Br2
Red : Br2
+ 2e à 2Br- E° = +1,06 v
Oks : 2Fe2+ à 2Fe3+ + 2e E° = -0,77 v
Br2
+ 2Fe2+ à 2Br- + 2Fe3+ E° = +0,29 v
·
Untuk I2
Red : I2 +
2e à 2I- E° = +0,54 v
Oks : 2Fe2+ à 2Fe3+ + 2e E° = -0,77 v
I2
+ 2Fe2+ à E° = -0,23 v
(Ket : tidak terjadi
reaksi spontan karena Fe lebih positif daripada I dan harga E°sel negatif
sehingga tidak berlangsung spontan)
Halogen yang
diharapkan dapat mengoksidasi ion Fe2+ adalah Br2 karena
daya pengoksidasinya paling kuat yaitu potensial elektroda bernilai positif
yang paling kecil.
Pertanyaan:
1. Bagaimanakah urutan daya pereduksi ion halida?
2. Tentukanlah potensial reaksi antara ion halida dengan ion besi(III).
Jawaban:
1. Urutan daya pereduksi ion halida dari yang lemah ke yang kuat Br-,
Cl-, I-
2. Potensial reaksi antara ion dengan ion besi(III)
·
Untuk KCl
Red : 2Fe3+ + 2e à 2Fe2+ E° = +0,77 v
Oks : 2Cl- à Cl2 + 2e E° = -1,36 v
2Cl-
+ 2Fe3+ à E°
= -0,59 v
(Ket : tidak terjadi reaksi spontan
karena Fe lebih reaktif(lebih negatif) daripada Cl dan harga E°sel negatif
sehingga tidak berlangsung spontan)
·
Untuk NaBr
Red : 2Fe3+ + 2e à 2Fe2+ E° = +0,77 v
Oks : 2Br- à Br2 + 2e E° = -1,06 v
2Br- + 2Fe3+
à E°
= -0,29 v
(Ket : tidak terjadi reaksi spontan karena Fe lebih reaktif(lebih negatif)
daripada Br dan harga E°sel negatif sehingga tidak berlangsung spontan)
·
Untuk KI
Red : 2Fe3+ + 2e à 2Fe2+ E° = +0,77 v
Oks : 2I- à I2 + 2e E° = -0,54 v
2I-
+ 2Fe3+ à I2 + Fe2+ E° = +0,23 v
VIII. Simpulan
Daya oksidasi halogen dari Cl2 ke Br2, ke I2 makin
berkurang. Terlihat dari warna larutan yang semakin muda, sehingga mendekati
warna larutan FeSO4. Daya reduksi ion halida dari Cl- ke Br- ke I‑ makin
bertambah. Terlihat dari warna larutan yang terbentuk setelah penambahan
larutan KSCN. Larutan KI yang ditetesi Larutan Fe2(SO4)3dan dicampur
dengan larutan KSCN memiliki warna yang mendekati larutan FeSO4 yang ditetesi larutan KSCN. Hal ini menunjukan
bahwa ion I- berhasil mereduksi ion Fe3+menjadi ion Fe2+.
IX.
Daftar Pustaka
Purba, Michael dan Sunardi. 2012. Kimia
untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Halida,(Online), (diakses
2 November 2013, pukul 20.00 WIB)
Kebumen, 4
November 2013
Praktikan,
(Ardhiyan Kurnia Ramadhany/XII IPA 3/06)
0 comments:
Post a Comment